Halaman

Sabtu, 19 November 2011

GERAKAN ALAM PIKIR INDONESIA


Rabu, 18 Februari 2009
Alam Pikir Keindonesiaan

Bissmilahirahmanirahim,

Assalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh

"Tak ada satu bangsa, terutama Eropa, percaya pada kami bangsa kulit berwarna. Mereka bisa percaya dan sayang asal kekayaan bumi kami diberikan pada mereka seboleh-bolehnya dengan cuma-cuma. Sehingga kami miskin, mereka sejahtera. Mereka menjajah, kami dijajah.”

(Tirto Adhi Soerjo, 1880-1918)

Jika sejarah dibaca lebih luas, gagasan kemerdekaan republik Indonesia yang berpijak pada keinginan menjadi sejahtera dengan mengelola sumber daya [manusia dan alam] dengan tangan sendiri dapat kita temukan dari Tan Malaka, Soekarno, Hatta, Syahrir dan Yamin.

Dari Tan Malaka kita mewarisi semangat revolusi (dan anti diplomasi) untuk mengusir penjajah. Dari Soekarno kita mewarisi trisakti: berdikari secara ekonomi, berdaulat secara politik, berkepribadian secara budaya. Dari Hatta kita mewarisi ekonomi kerakyatan [koperasi] yang menjadi sintesa antara ekonomi komunis-kapitalis. Dari Syahrir kita mewarisi keadilan sosial yang menjadi landasan akhir manusia Pancasila sehingga bersama untuk bergotongroyong dan bergotongroyong untuk bersama. Dan, dari Yamin kita mewarisi negara hukum [law governed state] yang menyamakan dan membagi keadilan untuk semua. Refleksi dari nilai-nilai itulah yang melandasi Pancasila dan UUD45.

Pertanyaannya, sejauh mana warisan maha karya itu kita warisi, kaji dan realisasi dalam jejak langkah pembangunan bangsa?

Sungguh sayang, harta karun itu saat ini hanya dijadikan "sampah" oleh pemerintah. Rezim demi rezim yang berkuasa lebih senang memproduksi, mengimpor, mencangkok, dan mengcopy-paste konsepsi (wacana), agensi (aktor) dan mimpi dari luar negeri. Kita telah meninggalkan amanat founding father itu. Alhasil, sekarang sistem yang berputar-putar mengendalikan Sabang sampai Merauke adalah liberalisme. Sebuah sistem "usang" karena kegagalannya membawa kesejahteraan, namun tetapi diimani, dipeluk, dan dipuja-puji oleh sang pengabdi kekuasaan.

Hasilnya, rakyat meradang. Kemiskinan, pengangguran, keterbelakangan, kebodohan, masih menjadi musuh utama bangsa yang sulit dimusnahkan. "Apa kata dunia," teriak Nagabonar. Padahal, kita adalah negara yang dikaruniai kekayaan luar biasa. Apa daya, negara ini salah kelola.

GERAKAN ALAM PIKIR INDONESIA ( GERAK API )
Menangis melihat kondisi ini. Tetesan air mata itu sekarang telah berubah menjadi kesadaran untuk mengembalikan Alam Pikir KeIndonesiaan sebagai fondasi, tiang, tembok, atap, dan perkakas "rumah Indonesia."

Untuk itu, dari hari ke hari, setapak demi setapak, kami akan terus menempa diri, mengkaji kearifan sejarah. Kami yakin, usaha ini akan menjadi bom waktu bagi perubahan yang sebenarnya.

Mari berjuang bersama kami,
Yakinlah Pasti Menang,
Bambu Runcing Mampu Kalahkan Bedil dan Senapan
Amin Ya Robbal Allamin...
Wassalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar